Peyerahan bantuan penangana covid-19 untuk warga Sumsel yang dilakukan secara simbolis |
Kasus sumbangan fiktif keluarga almarhum Akidi Tio di Sumatra Selatan pada akhir Juli 2021 sempat mengundang decak kagum hingga berakhir kekecewaan hanya dalam beberapa hari usai penyerahan simbolis dilakukan.
Yang menjadi unik adalah, penyerahan simbolis sumbangan Rp 2 Triliun ini melibatkan Kapolda Sumatra Selatan Irjen Pol Eko Indra Heri dan disaksikan pejabat Sumsel dan pemuka agama. Sayangnya, hingga waktu yang ditentukan, uang sumbangan itu tak kunjung cair.
Nah ternyata, kasus penipuan yang menghebohkan seperti ini rupanya tak hanya terjadi pada masa ini saja. Dulu, sejak zaman Presiden Soekarno kasus penipuan yang menghebohkan pernah terjadi. Bedanya, kasus "prank" Rp 2 Triliun ini bukan Presiden Jokowi yang ditipu, melainkan pejabat Kepolisian dan pejabat pemerintahan di daerah Sumsel. Kalau yang dulu-dulu itu langsung presidennya yang kena.
Berikut ini 4 kasus penipuan dari zaman Soekarno hingga zaman SBY yang dinukil dari Tempo.co dengan judul 'Penipuan Besar di Tiap Masa Presiden, Terbaru Sumbangan Keluarga Akidi Tio'.
Kasus Penipuan "Raja" Idrus dan "Ratu" Markonah
Sepasang kekasih bernama Idrus dan Markonah diundang Presiden Soekarno ke Istana Negara pada sekitar tahun 1958. Keduanya mengaku sebagai Raja dan Ratu Anak Dalam dari Lampung.
Sebelumnya Idrus bertemu Markonah yang berasal dari Tegal dan dianggap sebagai permaisurinya. Presiden dan beberapa kepala daerah saat itu mempercayai apa yang disampaikan Idrus. Mengutip tulisan kompas.com, Sejarawan alumnus Universitas Pramadina Hendri F Isnaeni mengatakan, Soekarno tersentuh karena "raja" dan "ratu" itu mengaku ingin menyumbangkan harta bendanya sebagai modal merebut Irian Barat dari tangan Belanda. Berita kedermawananya inilah yang membuat keduanya diundang hingga ke istana Negara. Namun, beberapa koran Belanda menyampaikan bahwa aksi Idrus adalah penipuan. Penipuan itu terbongkar setelah sembilan bulan berlangsung.
Janin Cut Zahara Fona yang Bisa Bicara
Adalah Cut Zahara Fona yang pada masa pemerintahan Presiden Soeharto berhasil menggegerkan masyarakat Indonesia. Bayangkan coba kalau itu terjadi zaman sekarang yang sudah ada puluhan juta netizen. Cut Zahara Fona waktu itu mengaku bayi dalam kandungannya bisa bicara dan terdengar hingga keluar. Pejabat negara, termasuk Wakil Presiden saat itu, Adam Malik ikut percaya. Namun, aksi Cut Zahara Fona terbongkar setelah Hartina Soeharto (Ibu Tien) penasaran dan mengundangnya ke Istana Negara untuk mendengar suara bayi itu secara langsung. Di situ diketahui Cut Zahara Fona rupanya menempelkan tape recorder di perutnya.
Menteri Agama Said Agil Al-Munawar Ingin Gali Harta karun
Masa Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri ada juga kehebohan luar biasa. Parahnya, kehebohan itu diungkap Menteri Agama Said Agil Munawar yang menyebutkan bahwa ada di Istana Batutulis, Bogor ada harta karun. Jadi, perlu bagi negara menggalinya. Namun, ide itu banyak diprotes banyak kalangan hingga akhirnya penggalian tidak jadi dilakukan. Hingga saat ini, keberadaan harta karun Batutulis tak pernah terbukti kebenarannya.
Proyek Banyu Geni, Air Bisa Jadi Bahan Bakar
Pada zaman pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga ada proyek yang menghebohkan. Proyek penelitian ini bernama Banyu Geni atau “Blue Energy” yang disebut-sebut bisa memanfaatkan air jadi bahan bakar. Keren kan? Namun, proyek yang didanai dan didukung oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini akhirnya terbukti menipu, karena pada instalasinya tidak ditemukan alat untuk mengonversi air menjadi bahan bakar. Akhirnya, proyek yang sempat direstui SBY itu pun harus batal.