Bersaing dengan Google hingga Facebook dan Tumbangnya Sejumlah Penyedia Iklan Digital Lokal

Saya masih ingat betul, sejak awal 2010-an hingga 2018, penyedia iklan digital lokal Indonesia tumbuh pesat. Mereka digadang-gadang akan menyaingi Google Adword (bagi advertiser) dan Google AdSense (bagi publisher). Setidaknya di Indonesia.



Halaman AdsenseCamp yang menyebutkan jika mereka menghentikan layanan 

Sayangnya, satu per satu, layanan mereka tumbang dan mengaku harus undur diri dari dunia layanan PPC (Pay Per Click) atau yang kini lebih populer disebut platform iklan digital. 

Tingginya pengguna sosial media yang lebih didominasi Google, Facebook dan kawan-kawannya itu, harus menumbangkan plaform PPC lokal.  

Banyak sekali blogger yang sudah bergabung dan ikut menikmati layanan platform-platform penyedia iklan digital tersebut. Namun, lama kelamaan mereka akhirnya harus rela disebut situs scam (penipuan) karena tak lagi mampu membayar publisher (blogger).

Situs-situs PPC lokal itu antara lain seperti AdsenseCamp, KlikSaya.com, KumpulBlogger, IDblogNetwork dan lain-lain. Sebagian dari mereka akhirnya menulis kalimat pamit di halaman website mereka. Namun, banyak pula yang tak bisa diakses hingga berubah menjadi situs berita. 

Sepertinya, beriklan langsung ke media sosial seperti di Facebook, Youtube, Instagram lebih efektif bagi advertiser ketimbang beriklan di PPC lokal. Lagi pula, pengiklan di platform PPC lokal mayoritas adalah iklan yang isinya lebih menjurus pada sesuatu yang negatif dan konten dewasa.

Telkom Group Kembangkan Layanan Iklan Digital

Baru-baru ini saya membaca berita tentang hadirnya layanan iklan digital lokal. Tidak main-main, yang membentuk layanan ini bukan perusahaan berskala kecil seperti yang sudah-sudah. Kali ini yang datang bersaing di pasar layanan iklan digital adalah Telkom Group. Namanya Tadex. Singkatan dari Tanah Air Digital Exchange.

Logo Tadex

Ada tiga perusahaan milik Telkom yang mengembangkan layanan iklan digital Tadex ini, yakni Telkomsel, Metranet dan MD Media. Tiga perusahaan dibawah naungan Telkom Group ini bekerjasama dengan Dewan Pers dan Task Force Media Sustainability. 

Tadex ini diluncurkan pada Juni 2021 lalu dan belum banyak dikenal. Berbeda dengan platform PPC lokal sebelumnya yang pernah ada, Tadex tidak menyasar blogger sebagai publisher iklan mereka, namun media siber nasional dan lokal (skala provinsi dan kabupaten). Artinya, publisher mereka terbatas.

Kerjasama dengan Dewan Pers juga mempersempit jumlah publisher Tadex, karena yang menayangkan iklan dari advertiser hanya media nasional dan lokal yang sudah terverifikasi Dewan Pers. Maksudnya sih bagus, karena akan menambah value kepercayaan pengiklan (advertiser). Sebab, iklan-iklan advertiser akan ditayangkan di situs yang memang kredibel dan diakui keberadaannya oleh Dewan Pers.

Lalu, apakah mampu Tadex bersaing dengan penyedia layanan digital yang memang sudah besar seperti Google Ads, Facebook Ads dan lainnya itu? Atau akan tumbang seperti PPC lokal yang sudah-sudah? Kita lihat saja nanti.

Kesimpulan

Dominasi Google dan Facebook di dunia periklanan digital memang sulit disaingi. Mereka memiliki platform media sosial yang penggunanya miliaran. Sementara Tadex hanya menjalin kerjasama dengan media nasional dan media lokal saja. Namun, bukan berarti Tadex tidak akan memperluas jumlah publisher mereka dengan menggandeng blogger.

Setidaknya Tadex digawangi perusahaan BUMN yang bermodal besar, tidak seperti penyedia iklan digital lokal yang sudah tumbang. Sepak terjang Tadex menarik diamati dan saat ini masih terbilang bayi dan kita berharap Tadex menjadi penyedia iklan digital yang mampu bersaing dengan perusahaan besar dunia lainnya. 

0 Komentar

Berkomentarlah dengan santun dan bijak. Ayo jadi warganet cerdas.